Makna Lagu Raataan Lambiyan – Jubin Nautiyal & Asees Kaur. “Raataan Lambiyan” yang dinyanyikan Jubin Nautiyal dan Asees Kaur untuk film Shershaah (2021) langsung jadi lagu cinta paling manis sekaligus paling menyayat di tahun itu. Lagu ini bukan sekadar tentang rindu biasa, tapi tentang dua orang yang hidupnya jadi terasa terlalu panjang ketika terpisah. “Raataan lambiyan” berarti “malam-malam terasa panjang”, dan dalam konteks film tentang perang, lagu ini jadi doa agar malam cepat lewat supaya bisa bertemu lagi – atau setidaknya masih bisa saling menjaga dalam mimpi. BERITA BOLA
Rindu yang Terasa Fisik Karena Jarak dan Waktu: Makna Lagu Raataan Lambiyan – Jubin Nautiyal & Asees Kaur
Lirik “Tere bina, raataan lambiyan… te mainu pyaar karda” menggambarkan bagaimana malam jadi tak berujung tanpa pelukan orang tersayang. Duet pria-wanita membuat lagu ini terasa seperti percakapan jarak jauh: Jubin mengeluh malam terlalu panjang, Asees menjawab bahwa dia juga sama, tapi cinta mereka tetap kuat. Baris “Sun bawariya, khwab mein tu aaja re” seperti permohonan agar setidaknya di mimpi mereka masih bisa bertemu. Maknanya jadi lebih dalam karena film ini berdasarkan kisah nyata Kapten Vikram Batra yang gugur di Kargil – rindu di lagu ini bukan cuma rindu pacaran, tapi juga rindu selamanya.
Janji Cinta yang Sederhana Tapi Abadi: Makna Lagu Raataan Lambiyan – Jubin Nautiyal & Asees Kaur
Bagian paling menghangatkan adalah “Tera ban jaunga, tu ban ja meri” – aku akan jadi milikmu, kamu jadi milikku. Kalimat itu diulang seperti ikrar yang tidak butuh saksi resmi. Lalu ada “Tere naal rehna ae, saari umar da vaada” yang berarti janji seumur hidup untuk tetap bersama. Di tengah nada yang ringan dan upbeat, terselip pesan berat: cinta mereka tidak peduli waktu, jarak, bahkan kematian. Karena itulah lagu ini sering dipilih untuk lamaran, pernikahan, atau sekadar dikirim ke pasangan yang sedang LDR.
Duet dan Aransemen yang Membuat Semua Terasa Hangat
Jubin membawakan bagian pria dengan suara tebal yang penuh kerinduan, sementara Asees menjawab dengan nada lembut yang menenangkan – seperti pelukan lewat suara. Aransemen Tanishk Bagchi memadukan gitar akustik, dholak ringan, dan string halus sehingga lagu terasa seperti duduk di teras rumah desa sambil menunggu orang pulang. Transisi dari slow ke sedikit lebih cepat di chorus memberikan rasa harapan: meski malam panjang, pagi pasti datang, dan kita akan bertemu lagi.
Kesimpulan
“Raataan Lambiyan” berhasil menangkap esensi cinta jarak jauh yang paling manusiawi: rindu yang membuat waktu berjalan lambat, tapi juga cinta yang membuat kita tetap bertahan. Lagu ini mengajarkan bahwa janji “aku akan jadi milikmu” bisa lebih kuat daripada kehadiran fisik, dan malam yang panjang hanya sementara kalau hati tetap terhubung. Karena itulah, sampai sekarang lagu ini masih jadi pelipur lara bagi siapa saja yang sedang menunggu telepon, menunggu cuti, atau menunggu seseorang yang mungkin tidak akan pulang lagi. Cinta, menurut “Raataan Lambiyan”, adalah ketika malam terasa panjang, tapi kita tetap memilih menunggu – karena dia layak.

